!-- SiteSearch Google -->
Google
 

Jumat, 28 Desember 2007

bank sentral republik indonesia


  1. PROSPEK PEMELIHARAAN DOMBA - PERMASALAHAN
    Pendahuluan - Domba

    Prospek Mendirikan Proyek Kemitraan Terpadu Pemeliharaan Domba
    Sejak Pelita I, Pemerintah telah menyebarkan ternak kepada Petani kecil yang sampai pada tahun 1996 terdiri dari 469.700 kepala sapi, 36.327 kepala kerbau, 281.883 ekor kambing dan 52.629 kepala domba. Bantuan ternak dibiayai dengan dana APBN, APBD maupun bantuan dana luar negeri, misalnya bantuan dana size="2" face="verdana">Kebutuhan daging domba sebagai salah satu produk pertanian (subsektor peternakan), diduga masih perlu ditingkatkan terutama untuk mensubsitusi impor daging domba maupun daging sapi. Sejak semester kedua tahun 1997 impor sapi maupun daging sapi maupun daging sapi, dikurangi karena krisis ekonomi. Meskipun begitu, permintaan daging masih relatif tinggi dan mantap dengan harga yang menguntungkan para peternak lokal.


Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan setelah tahun 1995 mengembangkan proyek domba yang disebut Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Domba (SPAKU ternak Domba) di Sumatera Utara (Kab. Langkat) dan Jawa Barat (Kab. Garut). Proyek SPAKU ternak Domba diarahkan untuk mengembangkan sentra-sentra produksi yang berorientasi agrobisnis modern.

Pola penyebaran domba kepada kelompok peternak tradisional dilaksanakan oleh Dinas Peternakan melalui dua bentuk yaitu :


1. Gerbang rukan (Gerakan Pengembangan Rumah Kandang) dimana rumah dan kandang milik peternakan peserta kelompok berada dalam lahannya. Pola gerbang rukan adalah kelanjutan dari pola pemeliharaan domba secara tradisional. Tujuan dengan pola ini untuk meningkatkan jumlah ekor domba milik masing-masing peserta kelompok, supaya usaha domba menjadi usaha sampingan bersifat semikomersial.


2. Gerbang Anak Desa (Gerakan Pengembangan Areal Peternakan Pedesaan) adalah satu sistem pemeliharaan ternak domba dalam kandang milik peternak anggota kelompok yang letaknya terpisah dari pemukiman/perumahan peserta kelompok. Oleh karena itu diperlukan lahan khusus untuk pemeliharaan domba. Biasanya dipergunakan tanah/fasilitas umum atau tanah milik desa yang dibangun untuk usaha peternakan domba secara bersama-sama. Tujuan dengan pola gerbang anak desa adalah pendekatan agribisnis, yaitu mengembangkan usaha ternak domba modern yang memanfaatkan tenaga kerja maupun sarana produksi serta teknologi pemeliharaan domba adaan induk dan pejantan domba maupun sarana produksi lainnya, seperti bahan bangunan kandang, konsentrat, obat-obatan, memasarkan hasil produksi domba oleh mitra usahanya serta mengadministrasi kredit untuk mengembangkan usaha domba milik anggota kelompok peserta proyek kemitraan terpadu. Dalam hal ini koperasi akan bekerjasama dengan instansi lainnya, misalnya para pedagang domba, Dinas Peternakan, rumah potong hewan (RPH).


Proyek ini akan melibatkan ketiga pelaku yaitu koperasi primer, para peternak domba anggota koperasi dan bank pemberi kredit KKPA dalam satu sistem manajemen proyek pemeliharaan domba yang terpadu dimana masing-masing pihak diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan terlampir sebagai Lampiran III.

Permasalahan
Sebagian besar penduduk pedesaan bermata pencaharian sebagai petani, baik petani pemilik tanah, penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Berdasarkan tipologi wilayah usaha tani, lahan tani dapat dibagi dua jenis pokok, yaitu lahan yang beririgasi dan lahan kering. Usaha tani yang memliki lahan irigasi menerima pendapatan relatif tinggi dan pasti dibandingkan dengan usaha tani yang memanfaatkan lahan kering.


Rata-rata petani lahan kering memperoleh pendapatan di bawah satu juta rupiah per tahun. Lahan kering cocok untuk usaha ternak baik sapi maupun domba pada umumnya merupakan daerah perbukitan yang terletak di atas 600 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini tanah biasanya subur, beriklim sedang (15 s.d. 28OC) dengan curah hujan di atas 2.000 mm per tahun. Namun demikian karena padatnya penduduk, kondisi tanah tersebut sering mengalami erosi karena penggunaan lahan semakin intensif dan kurang memperhatikan kaidah-kaidah usaha tani konservasi.


Ternak domba dan sapi mempunyai kontribusi yang sangat berarti dalam sistem usaha tani di lahan kering, karena ternak mempunyai fungsi ganda, yaitu memberikan nilai tambah dalam pendapatan petani dan dapat meningkatkan produktivitas tanah melalui penggunaan pupuk kandang. Di beberapa daerah lahan kering, usaha peternak domba agak lebih mudah dilaksanakan dengan jumlah biaya lebih rendah, dibandingkan dengan usaha peternakan sapi. Meskipun demikian usaha peternakan domba dilakukan oleh para petani sebagai usaha sampingan dengan teknik pemeliharaan yang bersifat tradisional, lebih banyak diarahkan untuk menghasilkan domba tangkas (aduan) yang konsumennya relatif sedikit. Di ln pihak permintaan daging domba terus meningkat, sehingga dikhawatirkan populasi domba unggulan di Indonesia terkuras apabila tidak ada usaha untuk melestarikannya.


Berdasarkan pertimbangan di atas maka pola pengelolaan usaha domba perlu dikembangkan dari pola tradisional ke pola agribisnis dimana satu kelompok petani bersama koperasinya melaksanakan usaha pemeliharaan domba skala menengah di mana populasi domba per peternak naik rata-rata 3-5 kepala induk sampai 24 kepala domba betina per unit usaha. Kandang dapat dibangun di satu kawasan untuk para peternak yang akan melaksanakan usaha pemeliharaan domba induk dan tersebar untuk para peternak yang akan melaksanakan penggemukan domba dengan dua siklus penggemukan setahun.


Karena populasi domba masih relatif rendah salah satu kegiatan proyek yang diusulkan dalam Model KPKT ini diutamakan untuk memperbesar populasi domba, supaya sasaran jumlah ekor domba per peternak dapat dipenuhi.

Tidak ada komentar: