!-- SiteSearch Google -->
Google
 

Senin, 14 April 2008

jawa barat




Sekilas Jabar

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378).

Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat.

Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999).

Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan.

Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut

  1. Sumber Daya Air,
  2. Sumber Daya Alam dan Pemanfaatan Lahan,
  3. Sumber Daya Hutan,
  4. Sumber Daya Pesisir dan Laut serta Sumber Daya Perekonomian.

Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5 kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya.

Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom.

Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota Cilegon.

Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahkan 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan.Adapun monografinya : Data tahun 2005No Kabupaten/Kota Luas Wilayah(Km2) JumlahPenduduk Kepadatan(Jiwa/Km2)

1 Kab. Bogor 3.440,71 3.945.111 1.147

2 Kab. Sukabumi 3.934,47 2.210.091 562

3 Kab. Cianjur 3.432,96 2.079.306 606

4 Kab. Cirebon 988,28 2.084.572 2.109

5 Kab. Indramayu 2.000,99 1.749.170 874

6 Kab. Kuningan 1.178,58 1.073.172 911

7 Kab. Majalengka 1.204,24 1.184.760 984

8 Kab. Bekasi 1.484,37 1.917.248 1.292

9 Kab. Karawang 1.737,53 1.939.674 1.116

10 Kab. Purwakarta 969,82 760.220 784

11 Kab. Subang 2.051,76 1.406.976 686

12 Kab. Bandung 2.000,91 4.134.504 2.066

13 Kab. Sumedang 1.522,21 1.043.340 685

14 Kab. Garut 3.065,19 2.260.478 737

15 Kab. Tasikmalaya 2.680,48 1.635.661 610

16 Kab. Ciamis 2.556,75 1.522.928 596

17 Kota Depok 200,29 1.353.249 6.756

18 Kota Bogor 21,56 833.523 38.661

19 Kota Sukabumi 12,15 278.418 22.915

20 Kota Cirebon 37,54 276.912 7.376

21 Kota Bekasi 210,49 1.931.976 9.178

22 Kota Bandung 167,27 2.290.464 13.693

23 Kota Cimahi 48,42 482.763 9.970

24 Kota Tasikmalaya 471,62 579.128 1.228

25 Kota Banjar 1.135,90 166.868 147

Jumlah 34.816,96 39.140.812

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah Tahun 2005


Visi Jawa Barat


Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan melalui pembaharuan mekanisme perencanaan pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan.

Pelibatan potensi masyarakat tersebut antara lain ditempuh melalui berbagai dialog, seperti Dialog Sunda 2010, Dialog Jawa Barat 2010, Dialog Rencana Regional Makro, Dialog Rencana Tata Ruang Wilayah, Dialog Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, dan Dialog Delapan Kawasan Andalan yang diikuti oleh unsur masyarakat, pakar Penguruan Tinggi, dan Birokrat yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Di samping itu dilaksanakan pula forum koordinasi pembangunan sebagai formulasi baru RAKORBANG dengan nuansa dan semangat yang baru, serta diawali dari motivasi untuk lebih menyerap aspirasi Kabupaten/Kota dan masyarakat.

Setelah mengalami proses yang panjang dan telaahan yang mendalam dari berbagai pihak terkait dalam dialog-dialog interaktif,

maka diformulasikan visi Jawa Barat yaitu:

JAWA BARAT

DENGAN IMAN DAN TAKWA

SEBAGAI PROVINSI TERMAJU DI INDONESIA
DAN
MITRA TERDEPAN IBU KOTA NEGARA TAHUN 2010


Pada penetapan visi tersebut didasarkan kepada beberapa pengertian yaitu untuk mencapai cita-cita Bangsa Indonesia,seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat terutama Penyelenggara Negara, para Elit Politik,para Cendekiawan dan Pemuka Masyarakat, harus bersatu dan bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.

Jawa Barat sudah selayaknya berupaya menjadi Provinsi ternaju di Indonesia mengingat banyaknya potensi baik berskala daerah maupun berskala nasional.

Seperti; potensi industri strategis, potensi perguruan tinggi, dukungan sumber daya alam, faktor iklim dan budaya gotong royong dan ditunjang oleh kehidupan masyarakat yang agamis.

Pengertian 'termaju' memberi implikasi munculnya ketergantungan provinsi-provinsi lain kepada Jawa Barat. Sedangkan ketergantungan Provinsi Jawa Barat kepada provinsi lain diusahakan sekecil mungkin.

Provinsi Jawa Barat selama ini dijadikan sebagai penyangga ibu Kota Negara dengan segala konsekuensinya harus bergeser dan menjadi 'mitra ' terdepan yang dilandasi dengan asas kesetaraan dan kesepahaman dalam arti tidak lagi terekploitasi segala potensinya.


Misi Jawa Barat

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan,maka telah dirumuskan beberapa misi dengan rincian sebagaimana berikut dibawah ini.

1. Menciptakan situasi kondusif melalui terselenggaranya reformasi politik sehat.

2. Mendorong berkembangnya masyarakat madani yang dilandasi nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya daerah ( silih asih, silih asah, silih asuh pikeun ngawujudkeun masyarakat anu cageur ,bageur, bener, pinter tur singer)

3. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui pemerintahan yang bersih dan terbuka.

4. Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Menjadikan Jawa Barat sebagai kawasan yang menarik untuk penanaman modal.

6. Memberdayakan potensi Lembaga Keuangan untuk mendorong usaha ekonomi masyarakat.

7. Memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan IPTEK yang bersumber dari Perguruan Tinggi serta Lembaga Penelitian Dan Pengembangan.



Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat, sejak berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 12 orang Gubernur, yaitu :
  1. M Sutardjo Kartohadi (1945-1946)
  2. Mr.Datuk Djamin (1946)
  3. M.Sewaka (1946-1952)
  4. R.Muhamad sanusi Hardjadinata (1952-1956)
  5. R.Ipik Gandamana (1956-1960)
  6. H. Mashidu (1960-1970)
  7. Solihin GP (1970-1975)
  8. H.Aang Kunaefi (1975-11985)
  9. HR.Yogie SM (1985-1993)
  10. R.Nuriana (1993-2003)
  11. H.Danny Setiawan (2003 – 2008)
  12. H.Ahmad Heryawan (2008 - 2013)


Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terdiri dari unsur Sekertariat Daerah (Setda) yang meliputi :
Sekertaris daerah dan Assisten-Assisten : Pemerintahan, Perekonomian, Adminsitrasi dan Kesejahteraan Sosial serta biro-biro yang seluruhnya 13 biro ; 20 Dinas ; 16 Badan ; 1 Kas Daerah, 1Kantor Perwakilan pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang berkedudukan di Jakarta.

Organisasi Perangkat Daerah :Dinas KesehatanJl.Pasteur 25, Bandung - Telp (022) 4232292, Jl Ternate no 2 Bandung

Dinas PendidikanAlamat : Jl. Rajiman No. 6 Bandung, Telp. (022)4202404

Dinas SosialJl. Raya Cibabat 331, Cimahi - Bandung Telp (022) 6643149 - 6645535

Dinas Pertanian Tanaman PanganJl. Surapati 71, Bandung Telp (022) 2503884, fax (022) 2500713

Dinas PeternakanJl. Ir. H. Juanda 358 - Telp (022) 2501151 Fax. 2513842

Dinas PerikananJl.Wastu Kancana 12, Bandung - Telp.(022)4203471

Dinas KehutananJl.Soekarno-Hatta 751 Telp.(022)7304029

Dinas PerkebunanJl. Surapati no. 67, Bandung - Telp(022) 2038966

Dinas Perhubungan Jl. Sukabumi No. 1 Bandung - Telp (022) 7272258

Dinas Tata Ruang dan PermukimanAlamat : Jl. Kawaluyaan Indah No.4, Bandung Telp. (022) 7319782 - 7319735, fax 7313675

Dinas Bina Marga Jl.Asia Afrika 79, Bandung - Telp(022)- 4231634

Dinas Pengelolaan Sumber Daya AirJl. Braga No. 137 Bandung

Dinas Pertambangan dan Energi Jl.Soekarno Hatta 576, Bandung - Telp (022) 7562048

Dinas Koperasi dan Usaha Kecil MenengahJl.Soekarno-Hatta 705, Bandung - Telp.(022)7302775

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa BaratJl. RE. Martadinata No.209, Telp (022) 7273209, 7271385

Dinas Pendapatan DaerahJl.Soekarno Hatta 528, Telp (022) 7566197

Dinas Perindustrian dan PerdaganganJl.Asia Afrika 146, Bandung - Telp (022)4230897

Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiJln. Soekarno Hatta 532 Telp.(022) 7564327 Bandung

Dinas Polisi Pamong PrajaJl.Banda No. 28, Telp.(022) 4236219 - 4235883

Dinas Perdagangan dan IndagroJl. Ciumbuleuit No. 2 Bandung Telp/Fax : (022) 2031044 / 2031045

Badan di Jawa Barat : Badan Perencanaan DaerahJl.Ir.Djuanda 287, Bandung - Telp(022)2510729

Badan Penelitian Dan PengembanganJl.Soekarno-Hatta 458, Bandung - Telp.(022)7513580

Badan Pengembangan Sistem Informasi Dan TelematikaJl.Tamansari 55, Bandung - Telp.(022)2502898

Badan Pengawasan DaerahJl. Surapati No. 4, Bandung

Badan Pendidikan Dan Pelatihan DaerahJl. Windu No. 26 Bandung

Badan Pengelolaan Promosi & Penanaman Modal DaerahJl.Sumatera 50, Bandung - Telp.(022)4237369

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup DaerahJl. Naripan 25, Bandung - Telp (022) 4204871

Badan Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan MasyarakatJl. Supratman 44 Bandung

Badan Pemberdayaan Masyarakat DaerahJl. Soekarno Hatta 486, Bandung

Badan PertanahanJl. Soekarno Hatta No. 586 Bandung

Badan Koordinasi Wilayah BogorJl. Ir. H.Juanda No. 4 Bogor

Badan Koordinasi Wilayah PurwakartaJl. Siliwangi No. 1 Purwakarta Telp. 0264 200945 Faks. (0264) 201074

Badan Koordinasi Wilayah CirebonJl. Siliwangi No. 14 Cirebon 45121 Tlp.(0231) 202860 Fax. (0231) 203010

Badan Koordinasi Wilayah PrianganJl. Ahmad Yani No. 21 Garut

Badan Arsip DaerahJl. Kawaluyaan Indah II No. 6 Bandung

Badan Perpustakaan DaerahJl.Soekarno-Hatta 629, Bandung - Telp.(022)7310435

Lembaga Kantor Perwakilan Pemerintah Jawa BaratJl. Pembangunan II no 3-5 Jakarta Pusat 10130

Sekertariat DaerahAlamat : Jl. Diponegoro No. 22 BandungSekertariat Daerah Prov. Jabar, dipimpin oleh Sekertaris Daerah dan dibantu oleh Assisten-Assiten
1. Assisten Pemerintahan : a. Biro Desentralisasi b. Biro Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuanc. Biro Hukum
2. Assisten Perekonomian : a. Biro Sarana Perekonomian b. Biro Bina Produksic. Biro pengendalian Program
3. Assisten Kesejahteraan Sosial : a. Biro Pelayanan Sosial Dasarb. Biro Pengembangan Sosial
4. Assisten Administrasi : a. Biro perlengkapanb. Biro kepegawaianc. Biro Umumd. Biro Organisasie. Biro Keuangan

Geografis provinsi Jawa Barat

secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 - 104°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan Banten serta DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, antara Samudra Indonesia di Selatan dan Selat Sunda di barat.

Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau 4.435.461 Ha.

Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan.

Kawasan utara merupakan daerah berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah.

Dengan ditetapkannya Wilayah Banten menjadi Provinsi Banten, maka luas wilayah Jawa Barat saat ini menjadi 34.816,96 (Data berdasarkan Survei Sosial/Ekonomi 2005) Topografi Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi.

Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 -10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.


Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 0 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 0 C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.

Populasi Berdasarkan hasil Sensusnas tahun 1999 jumlah penduduk Jawa Barat setelah Banten terpisah berjumlah 34.555.622 jiwa.

Pada tahun 2000 berdasarkan sensus penduduk meningkat menjadi 35.500.611 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 1.022 jiwa per Km2.

Sedangkan laju pertumbuhan penduduk selama dasawasra 1990 - 2000 mencapai angka 2,17%.Sedangkan pada tahun 2003, jumlah penduduk telah bertambah menjadi 38.059.540 jiwa.

Selanjutnya berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi pada Tahun 2004, jumlah penduduk Jawa Barat, berkembang menjadi 39.140.812 jiwa.

BudayaMasyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional, serta memiliki prilaku sosial yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan dan saling mengasuh diantara warga masyarakat.

Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; “Herang Caina Beunang Laukna” yang berarti menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.

Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini terekspresikan pada pepatah “Ulah Unggut Kalinduan, Ulah gedag Kaanginan”; yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta menyerasikan antara hati nurani dan rasionalitas, seperti terkandung dalam pepatah “Sing Katepi ku Ati Sing Kahontal ku Akal”, yang berarti sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran secara seksama.

Jawa Barat di lihat dari aspek sumber daya manusia memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan sebagai provinsi yang mempunyai proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan, jumlah lulusan strata 1, strata 2 dan strata 3, terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain. (Diperbarui Kamis, 7 Juni 2007




Kabupaten Sukabumi

Situs :
http://www.kabupatensukabumi.go.id
Kepala Daerah : Drs. H. Danny Setiawan, M.Si

Selayang Pandang


Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang Selatan dengan batas wilayah administratif sebagai berikut :
  1. disebelah Utara dengan Kabupaten Bogor
  2. Selatan dengan Samudera Indonesia
  3. disebelah Barat dengan Kabupaten Lebak
  4. disebelah Timur dengan Kabupaten Cianjur.

Batas wilayah tersebut 40 % berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan.

Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang cukup luas yaitu ± 419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut :
  1. Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %),
  2. sawah 62.083 Ha (14,78 %)
  3. Tegalan 103.443 Ha (24,63 %)
  4. perkebunan 95.378 Ha (22, 71%)
  5. Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %)
  6. Hutan 135. 004 Ha (32,15 %)
  7. dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %).

Kondisi wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai potensi wilayah lahan kering yang luas, saat ini sebagaian besar merupakan wilayah perkebunan, tegalan dan hutan.

Kabupaten Sukabumi mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim Bi (Oldeman) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari.

Suhu udara berkisar antara 20 - 30 derjat C dengan kelembaban udara 85 - 89 persen.
Curah hujan antara 3.000 - 4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara.

sedangkan curah hujan ant4ra 2.000 - 3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi.

Wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai bentuk lahan yang bervariasi dari datar sampai gunung adalah :

  1. datar (lereng 0-2%) sekitar 9,4 %
  2. berombak sampai bergelombang (lereng 2-15%) sekitar 22%
  3. bergelombang sampai berbukit (lereng 15 - 40%) sekitar 42,7%
  4. dan berbukit sampai bergunung (lereng > 40 %) sekitar 25,9 %.

KETINGGIAN TEMPAT

Ketinggian dari permukaan laut ,Wilayah Kabupaten Sukabumi bervariasi antara 0 - 2.958 m. Daerah datar umumnya terdapat pada daerah pantai dan daerah kaki gunung yang sebagian besar merupakan daerah pesawahan.

Sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 300 - 1.000 m dari permukaan laut.


TIPE TANAH

Jenis tanah yang tersebar di Kabupaten Sukabumi sebagian besar didominasi oleh tanah Latosal dan Podsolik yang terutama tersebar pada wilayah bagian selatan dengan tingkat kesuburan yang rendah.

jenis tanah Andosol dan Regosol umumnya terdapat di daerah pegunungan terutama daerah Gunung Salak dan Gununggede, dan pada daerah pantai dan tanah Aluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan daerah sungai.

Kabupaten Sukabumi mempunyai penduduk 1.848,282 jiwa dengan kepadatan penduduk 466
jiwa km2 per tahun pada tahun 1993. Kepadatan penduduk menurut kecamatan cukup berpariasi.

Kepadatana penduduk terendah terdapat di Kecamatan Ciemas (183 jiwa per km2) dan tertinggi di Kecamatan Sukabumi (2.447 jiwa per km).

Pemukiman padat penduduk umumnya terdapat di pusat-pusat kecamatan yang berkarakteristik perkotaan dan disepanjang jalan raya.
Persentase penduduk perkotaan meningkat dari,14,13 % pada tahun 1980 menjadi 18,06 % pada tahun 1993.

Penduduk Kabupaten Sukabtimi yang berusia 10 tahun keatas pada tahun 1992 (Hasil Susenas) berjumlah 1.462.463 jiwa dan diantaranya 1.216.877 jiwa beruasia 15 - 64 tahun.

Angka partisipasi Angkatan Kerja secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pada tahun 1992 di Kabupaten Sukabumi terdapat 734.550 orang yang tergolong angkatan kerja yang teridiri dari 510.601 orang laki-laki dan 186.435 orang perempuan.

Suatu kondisi penting yang sedang terjadi sehubungan dengan ketenagakerjaan adalah pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian telah menurun menjadi 55,6 % pada tahun 1990.

Etos kerja dan budaya kemandirian tampak sedang terus berkembang. Masyarakat Kabupaten Daerah Tingakat II Sukabumi juga kaya dengan budaya seni.

Hal lain yang penting adalah tumbuh berkembangnya kelembagaan modern baik dalam arti lembaga maupun "norma-norma" semakin memungkinkan penduduk Kabupaten Sukabumi berintegrasi dengan masyarakat nasional.

Kerukunan hidup penduduk Kabupaten Sukabumi, dinamika yang dimilikinya, kekayaan budaya dan budaya kemandirian yang berkembang serta kemajuan sosial kelembagaan yang telah dicapai hingga dalam Pelita V merupakan potensi besar untuk pelaksanaan pembangunan selanjutnya.

PEMERINTAH DAERAH

Dilihat dari administrasi pemerintahan, Kabupaten Sukabumi terdiri atas 7 Wilayah Pembantu Bupati yang meliputi 31 kecamatan, meliputi 353 desa dan 3 kelurahan, dengan perincian sebagai berikut :
  1. Pembantu Bupati Wilayah I Sukabumi, 6 kecamatan.
  2. Pembantu Bupati Wilayah II Cibadak, 4 kecamatan.
  3. Pembantu Bupati Wilayah III Cicurug, 6 kecamatan.
  4. Pembantu Bupati Wilayah IV Palabuhanratu, 3 kecamatan.
  5. Pembantu Bupati Wilayah V Jampangtengah, 3 kecamatan.
  6. Pembantu Bupati Wilayah VI Jampangkulon, 5 kecamatan.
  7. Pembantu Bupati Wilayah VII Sagaranten, 4 kecamatan.





kabupaten bogor

Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 344,072 Ha.
Terletak antara 6º19' - 6º47' lintang selatan dan 106º21' - 10º13' Bujur timur, yang berbatasan disebelah :
  1. utara dengan DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, Tangerang dan Kabupaten Bekasi.
  2. Timur dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang disebelah.
  3. Selatan dengan Kabupaten Lebak dan di tengah terletak Kota Bogor.

Visi Kabupaten Bogor tahun 2002 - 2006 :

"Terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera berlandaskan iman dan taqwa"

Maju berarti: mewujudkan masyarakat ke arah yang lebih baik atau menuju peradaban yang tinggi.

Mandiri berarti: masyarakat mengoptimalkan segala potensi daerah yang telah dimiliki sesuai dengan kemampuan di daerah itu sendiri.

Sejahtera berarti: masyarakat yang aman sentosa dan makmur, selamat atau terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya

Iman dan taqwa berarti: berlandaskan keyakinan, kepercayaan, ketaatan dan kepatuhan kepada allah swt.

Misi kabupaten bogor tahun 2002 - 2006 :

Menegakkan supremasi hukum Mewujudkan pemerintah yang baik (Good Governance) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat Meningkatakan perekonomian daerah Meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat Memantapkan kualitas iman dan taqwa.

sejarah

Pada tahun 1745, cikal bakal masyarakat Bogor semula berasal dari sembilan kelompok pemukiman digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor.

Pada waktu itu Bupati Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalibaru/Kalimulya.

Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahannya terletak di Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukaati (Kampung Empang sekarang).

Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor.

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Pendapat di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap akhlinya.

Namun berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752 telah muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de Negorij Bogor, yang berarti kepala kampung Bogor.

Pada dokumen tersebut diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya itu sendiri mulai dibangun pada tahun 1817.

Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut.

Pada empat abad sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali zaman kerajaan
Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan.

Sejak saat itu secara berturut-turut tercatat dalam sejarah adanya kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu:

" Kerajaan Taruma Negara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun 358 sampai dengan tahun 669.

" Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852.

" Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai dengan tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang diperintah oleh 6 orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482.

" Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579. Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian khusus.

Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti, dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian ditetapkan sebagai hari Jadi Bogor yang secara resmi dikukuhkan melalui sidang pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor pada tanggal 26 Mei 1972.

Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat(dalam hal ini Menteri Dalam Negeri) menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat Pemerintahan Kotamadya Bogor.

Atas dasar tersebut, pemerintah daerah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian dibeberapa wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan sebagai pusat pemerintahan.

Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah wilayah Kecamatan :
  1. Ciawi (Rancamaya).
  2. Leuwiliang.
  3. Parung.
  4. Kecamatan Cibinong (Desa Tengah).
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa yang diajukan ke pemerintah Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon ibu kota adalah

Rancamaya wilayah Kecamatan Ciawi.

Akan tetapi pemerintah Pusat menilai bahwa Rancamaya masih relatif dekat letaknya dengan pusat pemerintahan Kotamadya Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah Kotamadya Bogor.

Oleh karena itu atas petunjuk pemerintah Pusat agar pemerintah daerah Tingkat II Bogormengambil salah satu alternatif wilayah dari hasil penelitian lainnya.

Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun 1980, ditetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong.

Penetapan calon ibu kota ini diusulkan kembali ke pemerintah Pusatdan mendapat persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang menegaskan bahwa ibu kota pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong.

Sejak saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor pada saat itu

cirikhas
  1. Wilayah Bogor Bagian Utara corak penduduknya adalah Betawi Ora (atau campuran suku Betawi dan Sunda).
  2. Wilayah Bogor Bagian Selatan corak dan bahasa penduduknya adalah campuran antara Bogor dengan Cianjur dan Sukabumi.
  3. Sebelah Barat corak dan bahasa penduduknya campuran antara Bogor dan Banten.
  4. Bagian Timur corak dan bahasa penduduknya campuran Bogor dengan Karawang, sedikit dengan Cianjur dan Bekasi.

Selasa, 01 April 2008

PERTANIAN TERPADU

PERTANIAN TERPADU

Q : APA ITU PERTANIAN TERPADU ?

Q : APAKAH PERTANIAN YANG SALING TERKAIT SATU SAMA LAINNYA, SEPERTI BERTANAM PADA SUATU LAHAN DAN DISITU SERBA ADA? ADA PADI,SAYURAN , BUAH-BUAHAN ,TANAMAN HIAS ,TANAMAN KEHUTANAN, BEGITUKAN?


A : BEGINI BUNG!!!!!,

ber bicara pertanian secara sepintas ,
identik dengan mengolah lahan secara konvensional,
banyak menyerap tenaga kerjanya,
upah kerjanya kecil ,
hasilnya bisa untung juga bisa rugi,
laksana bermain dadu....? ,
masa depan nya suram......????????

pemikiran semacam itu masih melekat di hampir sebagian besar penduduk "INDONESIA " yang bermata pencaharian sebagai PEKERJA(KARYAWAN),bahkan sampai ke anak cucunya.

IRONIS memang, begitulah kenyataan nya !!!!!!!!!!


MERUBAH POLA PIKIR SEMACAM ITU ,

GAMPANG - GAMPANG SULIT.

GAMPANG NGOMONGNYA ,

TAPI SULIT MEMPROSESNYA!



TAPI SULIT BUKAN SUATU YANG MUSTAHILKAN BUNG!!!!

ANDA BENAR ,BUNG.......!!!

LALU APA KESULITANNYA?, BUNG!!!!!



NEXT............. TO BE CONTINUE




























































Minggu, 24 Februari 2008

KEKAYAAN LAUT INDONESIA


KEKAYAAN LAUT INDONESIA, ASSET PANGAN NASIONAL DAN DUNIA

13/03/08 - Siaran Pers: Utama

INDONESIA SIAP MENJADI SENTRA TUNA DUNIA

No.15/PDSI/III/2008
INDONESIA SIAP MENJADI SENTRA TUNA DUNIA
Program revitalisasi perikanan untuk tahap awal difokuskan pada tiga komoditas utama, yaitu:

*tuna

* rumput laut

* udang

Pemilihan ketiga komoditas ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiganya merupakan komoditas nasional yang ketersediaan sumberdaya dan magnitude ekonomi lokalnya besar, sehingga dapat memacu tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru yang berbasiskan keunggulan kelautan dan perikanan daerah.

Sebagai pendukung program revitalisasi perikanan tuna, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah menetapkan sedikitnya 175 titik lokasi pelabuhan perikanan sebagai basis program hingga tahun 2009.


Berdasarkan laporan pencatatan pendaratan tuna pada 18 Pelabuhan Perikanan seluruh Indonesia (seperti Pelabuhan Perikanan di PPN Sibolga, PPN Ambon dan PPP Pengambengan), hasil sementara dari data yang diolah menyebutkan bahwa rata-rata ikan tuna yang didaratkan mayoritas berkualitas I.

Pendataan perikanan tuna dilakukan dalam rangka perbaikan stastistik untuk memenuhi kewajiban pengiriman data ke Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Hasil pendataan ini selanjutnya digunakan untuk melengkapi pelaporan data ke Western and Central Pacifik Fisheries Commission (WCPFC).


Seiring dengan diterbitkannya Permen No.5 Tahun 2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap sebagai pengganti Permen No.17 Tahun 2006, Indonesia berupaya memposisikan dirinya sebagai negara industri perikanan.

Salah satu komoditas yang akan dikembangkan adalah tuna sebagai salah satu komoditas strategis dalam revitalisasi perikanan. Indonesia berupaya mengoptimalkan pengelolaan tuna di Indonesia, salah satunya adalah jenis ikan tuna sirip biru (blue fin tuna) yang bernilai jual tinggi.

Dalam rangka mendukung hal tersebut, Indonesia mengupayakan untuk meningkatkan status dari observer menjadi anggota Commision for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT). Sebelumnya, setelah empat tahun berjuang pada pelaksanaan sidang tahunan IOTC ke-11 pada tanggal 13-18 Mei 2007 di Mauritius Indonesia secara resmi masuk dalam IOTC.


Dalam upaya mendukung revitalisasi perikanan tuna dan penekanan hilangnya mutu ikan hasil tangkapan yang didaratkan, pada tahun 2007 telah dilakukan penerapan model kegiatan pada lokasi dekonsentrasi di propinsi hingga meluas kewenangannya menjangkau lokasi kabupaten/kota. Kegiatan dimaksud meliputi:

(1) pendataan, dan penyajian data dan informasi ikan,

(2) rehabilitasi, peningkatan dan pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan (cool box, Refrigerated Sea Water/RSW, sarana bongkar muat di dermaga, pabrik es, peralatan ice scaller), peningkatan sistem penanganan, mutu, nilai tambah, dan daya saing dan pemberdayaan usaha perikanan tangkap.

Lebih lanjut, sistem pengelolaan perikanan tuna akan diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut melalui tiga strategi, yaitu:

(1) Peningkatan mutu dan keamanan produk.

(2) Pengembangan produk (product development) dari produk-produk bernilai rendah (low value products) ke produk-produk bernilai tinggi (high value products).

(3) Penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri.


Perikanan tuna Indonesia yang mulai dikembangkan pada tahun 1970-an memiliki daerah penangkapan ikan di Laut Banda, Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik.

Ikan yang diperoleh kebanyakan jenis tuna sirip kuning (yellow fin tuna), albacore, cakalang, dan sedikit ikan tuna sirip biru. Dalam tahun 2006, produksi tuna adalah 159.404 ton dengan nilai 1,462 trilyun Sebagian besar adalah diekspor berupa produk beku.

Pengembangan industri tuna di Indonesia sangat prospektif karena daerah penangkapan ikan tersedia, pasar sudah terjalin, teknologi sudah lama dikuasai, dan sumberdaya manusianya termasuk unggul dibidang ini.

Perlu diketahui bahwa 62% anak buah kapal perikanan tuna Jepang adalah putra Indonesia.

Namun demikian, masalah utama pengembangan industri tuna saat ini adalah kurangnya dukungan permodalan.
Jakarta, Maret 2008
Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi
ttd
Dr. Soen’an H. Poernomo, M.Ed[ Data_Dukung_SP_15.doc ]
Hak Cipta 2003, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Sabtu, 16 Februari 2008

PETERNAKAN


jenis sapi peranakan ongol

SAPI POTONG

1. SEJARAH SINGKAT


Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.


2. SENTRA PETERNAKAN

Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.

Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.


3. J E N I S

Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).

Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.

Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%.


Sapi Aberdeen angus (Skotlandia)

  1. bulu berwarna hitam,
  2. tidak bertanduk,
  3. bentuk tubuh rata seperti papan dan
  4. dagingnya padat,
  5. berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg,
sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong.

  1. Sapi Simental (Swiss)
  2. bertanduk kecil,
  3. bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan.
  4. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.


Sapi Brahman (dari India)

banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.


4. MANFAAT

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:

1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.

2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan

3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.


5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.



6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.

1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.

2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.

Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.

6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:

1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.

2) Matanya tampak cerah dan bersih.

3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.

4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.

5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.

6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.

7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.

8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.


Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:

1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.

2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.

3) laju pertumbuhannya relatif cepat.

4) efisiensi bahannya tinggi.

6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.

Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.

  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
  2. Pemberian Pakan
    Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

    Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.

    Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.

    Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.

    Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
    menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

    Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.

    Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.

3. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.

Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:

1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.

2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.

3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.

4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.

8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya

8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.

9. PASCA PANEN

9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:

1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan

2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.

3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.

4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.

9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.

9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.

Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.

Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).

Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:

Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %


Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi

a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-

b. Kandang Rp. 1.000.000,-

c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,-

d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-



2) Pendapatan

a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-



2) Pendapatan

a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg


Rp. 111.110.000,-

b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-

Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-


3) Keuntungan

a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-


4) Parameter kelayakan usaha

a. B/C ratio = 1,61

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.

Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :

a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.

Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :

1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.

2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.

b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat


Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :

a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.

b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan

c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta.

2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta.

3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka

4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta.

5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.

6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

12. KONTAK HUBUNGAN

1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id

Sumber :
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Sabtu, 09 Februari 2008

TANAMAN PANGAN








KACANG-KACANGAN




































Kacang Hijau
Phaseolus radiatus L.



Nama umum

















Indonesia:Kacang hijau
Pilipina:Balatong
Cina:chi xiao dou


Klasifikasi













































































Kingdom: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Familia: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Phaseolus
Spesies: Phaseolus radiatus L.


Kerabat dekat:
Kacang ruji, Kacang emas, Buncis