!-- SiteSearch Google -->
Google
 

Minggu, 24 Februari 2008

KEKAYAAN LAUT INDONESIA


KEKAYAAN LAUT INDONESIA, ASSET PANGAN NASIONAL DAN DUNIA

13/03/08 - Siaran Pers: Utama

INDONESIA SIAP MENJADI SENTRA TUNA DUNIA

No.15/PDSI/III/2008
INDONESIA SIAP MENJADI SENTRA TUNA DUNIA
Program revitalisasi perikanan untuk tahap awal difokuskan pada tiga komoditas utama, yaitu:

*tuna

* rumput laut

* udang

Pemilihan ketiga komoditas ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiganya merupakan komoditas nasional yang ketersediaan sumberdaya dan magnitude ekonomi lokalnya besar, sehingga dapat memacu tumbuhnya sentra-sentra ekonomi baru yang berbasiskan keunggulan kelautan dan perikanan daerah.

Sebagai pendukung program revitalisasi perikanan tuna, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah menetapkan sedikitnya 175 titik lokasi pelabuhan perikanan sebagai basis program hingga tahun 2009.


Berdasarkan laporan pencatatan pendaratan tuna pada 18 Pelabuhan Perikanan seluruh Indonesia (seperti Pelabuhan Perikanan di PPN Sibolga, PPN Ambon dan PPP Pengambengan), hasil sementara dari data yang diolah menyebutkan bahwa rata-rata ikan tuna yang didaratkan mayoritas berkualitas I.

Pendataan perikanan tuna dilakukan dalam rangka perbaikan stastistik untuk memenuhi kewajiban pengiriman data ke Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Hasil pendataan ini selanjutnya digunakan untuk melengkapi pelaporan data ke Western and Central Pacifik Fisheries Commission (WCPFC).


Seiring dengan diterbitkannya Permen No.5 Tahun 2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap sebagai pengganti Permen No.17 Tahun 2006, Indonesia berupaya memposisikan dirinya sebagai negara industri perikanan.

Salah satu komoditas yang akan dikembangkan adalah tuna sebagai salah satu komoditas strategis dalam revitalisasi perikanan. Indonesia berupaya mengoptimalkan pengelolaan tuna di Indonesia, salah satunya adalah jenis ikan tuna sirip biru (blue fin tuna) yang bernilai jual tinggi.

Dalam rangka mendukung hal tersebut, Indonesia mengupayakan untuk meningkatkan status dari observer menjadi anggota Commision for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT). Sebelumnya, setelah empat tahun berjuang pada pelaksanaan sidang tahunan IOTC ke-11 pada tanggal 13-18 Mei 2007 di Mauritius Indonesia secara resmi masuk dalam IOTC.


Dalam upaya mendukung revitalisasi perikanan tuna dan penekanan hilangnya mutu ikan hasil tangkapan yang didaratkan, pada tahun 2007 telah dilakukan penerapan model kegiatan pada lokasi dekonsentrasi di propinsi hingga meluas kewenangannya menjangkau lokasi kabupaten/kota. Kegiatan dimaksud meliputi:

(1) pendataan, dan penyajian data dan informasi ikan,

(2) rehabilitasi, peningkatan dan pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan (cool box, Refrigerated Sea Water/RSW, sarana bongkar muat di dermaga, pabrik es, peralatan ice scaller), peningkatan sistem penanganan, mutu, nilai tambah, dan daya saing dan pemberdayaan usaha perikanan tangkap.

Lebih lanjut, sistem pengelolaan perikanan tuna akan diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut melalui tiga strategi, yaitu:

(1) Peningkatan mutu dan keamanan produk.

(2) Pengembangan produk (product development) dari produk-produk bernilai rendah (low value products) ke produk-produk bernilai tinggi (high value products).

(3) Penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri.


Perikanan tuna Indonesia yang mulai dikembangkan pada tahun 1970-an memiliki daerah penangkapan ikan di Laut Banda, Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik.

Ikan yang diperoleh kebanyakan jenis tuna sirip kuning (yellow fin tuna), albacore, cakalang, dan sedikit ikan tuna sirip biru. Dalam tahun 2006, produksi tuna adalah 159.404 ton dengan nilai 1,462 trilyun Sebagian besar adalah diekspor berupa produk beku.

Pengembangan industri tuna di Indonesia sangat prospektif karena daerah penangkapan ikan tersedia, pasar sudah terjalin, teknologi sudah lama dikuasai, dan sumberdaya manusianya termasuk unggul dibidang ini.

Perlu diketahui bahwa 62% anak buah kapal perikanan tuna Jepang adalah putra Indonesia.

Namun demikian, masalah utama pengembangan industri tuna saat ini adalah kurangnya dukungan permodalan.
Jakarta, Maret 2008
Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi
ttd
Dr. Soen’an H. Poernomo, M.Ed[ Data_Dukung_SP_15.doc ]
Hak Cipta 2003, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia